Etika Profesi Akuntansi
Tugas 1
Tanggal 24 September 2013
Nama :
Indah Dwi Lestari
NPM :
23210491
Kelas :
4EB18
1.
Apa
yang dimaksud dengan etika?
Jawab:
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang dalam
bentuk jamaknya yaitu (ta etha) yang berartikan “adat istiadat” atau “kebiasaan”.
Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini
berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik dan
segala kebiasaan yang di anut dan di wariskan dari satu orang ke orang lain
atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap
dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan. Etika
memang pada akhirnya mengharapkan agar seseorang bertindak sesuai dengan nilai
dan norma moral yang berlaku, tetapi kesesuaian itu bukan semata-mata karena
tindakan yang baik itu diperintahkan oleh moralitas (oleh nenek moyang, orang
tua, guru, bahkan oleh Tuhan), melainkan karena ia sendiri tahu dan sadar bahwa
hal itu memang baik bagi dirinya dan baik bagi orang lain. Ia sadar secara
kritis dan rasional bahwa ia memang sepantasnya bertindak seperti itu. Atau
sebaliknya, jika ia akhirnya bertindak tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral tertentu, semua itu dilakukan karena alas an-alasan tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan secara moral dan bukan karena sekedar ikut-ikutan.
2.
Bagaimanakah
tahap perkembangan moral, karakteristik individu dan variabel struktural
mempengaruhi keputusan manajer untuk berperilaku etis dan tidak etis?
Jawab:
Moral adalah suatu
kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan
tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap
prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Perkembangan moral adalah perkembangan yang
berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya
moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang
diungkapkan oleh Lawrence
Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan
dasar dari perilaku etis.
a.
Karakteristik individu
Dua variabel keperibadian, juga telah
ditemukan untuk mempengaruhi tindakan individu menurut keyakinannya tentang apa
yang benar atau salah, yaitu :
1. Kekuatan
Ego (ego strength)
Yaitu ukuran
kepribadian tentang kekuatan keyakinan seseorang. Orang yang tinggi skor
kekuatan egonya cenderung melawan dorongan seketika (implus) untuk bertindak
tidak etis dan sebaliknya cenderung mengikuti keyakinan mereka. artinya,
individu-individu yang kekuatan egonya tinggi lebih cenderung melakukan apa
yang mereka anggap benar. Kita mengharapkan para karyawan dengan kekuatan ego
yang tinggi akan menunjukkan lebih konsisten pertimbang-an moral dan tindakan
moralnya daripada karyawan yang rendah kekuatan egonya.
2. Tempat
Kendali (locus of control)
Yaitu sifat
kepribadian yang mengukur derajat sampai seberapa orang yakin bahwa mereka
mampu mengendalikan nasib merekasendiri. Orang yang memiliki tempat kendali
internal yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib mereka sendiri; sementara
orang yang memiliki tempat kendali eksternal yakin bahwa apa yang menimpa
mereka dalam hidup ini disebabkan oleh keberuntungan atau kebetulan.
b. Variabel-variabel struktural
Desain struktural organisasi menolong
membentuk perilaku etis para pekerjanya. Beberapa struktur memberikan bimbingan
yang kuat, sementara struktur lainnya hanya menciptakan ketidakjelasan dan
terus-menerus mengingatkan para karyawan tentang apa yang etis lebih cenderung
mendorong perilaku etis.
Mekanisme organisasi lainnya yang
mempengaruhi etika meliputi sistem penilaian kinerja dan prosedur pemberian
imbalan. Beberapa sistem penilaian kinerja organisasi berfokus khusus pada
hasil. Lainnya mengevaluasi maksud sama seperti hasil. Ketika karyawan
dievaluasi hanya pada hasilnya, mereka mungkin tertekan untuk melakukan apapun
yang diperlukan untuk terlihat baik pada variabel hasil itu. Riset baru-baru
ini menyarankan bahwa “kesuksesan dapat berlaku sebagai pemakluman atas
perilaku yang tidak etis”. Bahayanya adalah jika manajer mengambil pandangan yang
lebih lunak dari perilaku tak etis untuk karyawan yang sukses, karyawan lain
akan meniru perilaku mereka sesuai dengan apa yang mereka lihat. Sangat terkait
dengan sistem penilaian adalah cara pemberian suatu pengahargaan.
3.
Apa
kode etik itu dan bagaimana cara meningkatkan keefektifannya?
Jawab:
Kode etik adalah suatu nilai, norma dan tata cara atau pola aturan professional
yang tertulis secara tegas menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa saja yang harus dihindari. Kode etik
ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada penggunanya. Dengan
adanya sebuah kode etik maka akan melindungi seseorang dari perbuatan yang
tidak professional.
Cara-cara meningkatkan
keefektifan kode etik yaitu dengan menjunjung tinggi
martabat profesi, melindungi pihak yang menjadi layanan profesi dari perbuatan
mal-praktik, meningkatkan kualitas profesi, menjaga status profesi, menegakkan
ikatan antara tenaga professional dengan profesi yang disandangnya.
4.
Bagaimana
manajer mengambil keputusan yang etis?
Jawab:
Dalam mengambil sebuah keputusan seorang manajer harus melakukan :
1. Pengenalan syarat-syarat sebuah
keputusan
Dalam mengambil sebuah keputusan seorang manajer harus mengerti
dahulu apa saja syarat-syarat yang perlu diperhatikan. Syarat-syarat tersebut
yaitu dalam bentuk masalah maupun peluang. Sebuah masalah muncul ketika
pencapaian organisasi kurang dari tujuan yang telah ditentukan. Sebuah peluang
muncul ketika manajer melihat pencapaian yang potensial yang melebihi tujuan
organisasi saat itu.
2. Diagnosis dan Analisis
Sebab-Akibat
Diagnosis adalah langkah dalam pengambilan keputusan dimana
manajer menganalisis faktor-faktor sebab akibat penting yang berhubungan dengan
situasi yang penting.
3. Pengembangan Alternatif
Untuk keputusan yang terprogram, alternatif-alternatif bisa
dengan mudah dikenali dan bahkan biasanya sudah tersedia dalam peraturan dan
prosedur organisasi. Namun keputusan yang tidak terprogram mengharuskan adanya
pengembangan tindakan baru yang akan dapat menjawab kebutuhan perusahaan. Bagi
keputusan-keputusan yang dibuat dibawah kondisi dengan ketidak pastian yang
tinggi, manajer hanya dapat mengembangkan satu atau dua solusi yang akan bisa
menjadi pemuasan dalam mengatasi masalah. Namun penelitian menunjukkan bahwa
membatasi alternatif merupakan sebab utama gagalnya pengambilan keputusan di
organisasi.
4. Pemilihan Alternatif yang
Dikehendaki
Alternatif yang terbaik adalah yang solusinya paling sesuai
dengan tujuan dan nilai-nilai keseluruhan organisasi, serta mencapai hasil yang
dikehendaki dengan menggunakan sumber daya paling sedikit. Manajer mencoba
menyeleksi pilihan dengan risiko dan ketidakpastian paling sedikit. Manajer
kemudian mencoba untuk mengukur prospek-prospek menuju sukses. Manajer dapat
mengandalkan intuisi dan penglaman untuk memperkirakan jika suatu arah tindakan
sekiranya akan berhasil.
5. Penerapan Alternatif Terpilih
Tahap penerapan ini adalah tahap dimana kemampuan
manajerial, administratif, dan tahap persuasif yang dimiliki seorang manajer
akan digunakn untuk menjamin bahwa alternative terpilih akan dijalankan.
Kesuksesan alternatif terpilih ini akan bergantung pada bisa tidaknya
alternatif ini diterjemahkan menjadi suatu tindakan.
6. Evaluasi dan Umpan Balik
Pada tahap evaluasi yang merupakan bagain proses pengambilan
keputusan. Para pengambil keputusan akan mendapatkan informasi tentang seberapa
baiknya mereka menerapkan keputusan yang telah mereka ambil dan apakah
penerapan ini efektif dalam mencapai tujuan mereka. Umpan balik adalah hal yang
penting karena pengambilan keputusan adalah proses yang berkelanjutan dan tidak
pernah berakhir. Umpan balik memberikan informasi pada pengambil keputusan yang
nantinya bisa membentuk siklus pengambilan keputusan yang baru.
5.
Jelaskan
faktor-faktor yang menentukan intensitas etika dan dari keputusan?
Jawab:
Ada dua faktor yang
mempengaruhi bagaimana kita membuat keputusan ketika dihadapkan pada dilema
etis. Yang pertama, adalah struktur dasar etika kita, yang telah berkembang
selama kita hidup dan tumbuh. Yang kedua, adalah serangkaian keadaan praktikal
yang terlibat ketika kita mencoba membuat keputusan dalam area abu-abu. Nah
kedua faktor ini, kita sebut: (1) struktur etika, dan (2) tantangan etika.
Kedua faktor ini, seringkali kita hadapi pada beberapa tingkatan. Tingkatan
paling luar dimana kebanyakan orang tidak berpendapat bahwa ini adalah salah.
Sebagai contoh dimana kita membawa pulang bolpen kantor, atau menggunakan
facebook pada saat waktu kerja. Pada tingkat menengah tantangan etika lebih
signifikan, sebagai contoh adalah mengakses “personal records” untuk alasan
personal. Membaca email orang lain juga merupakan contoh untuk tingkatan ini. Pada
tingkat terdalam, adalah “pelanggaran etika” dimana sebagian besar orang pasti
akan mempertimbangkan dengan serius bahwa ini adalah salah, seperti menggelapkan
dana atau menjual catatan perusahaan untuk pesaing. Namun, dari waktu ke waktu,
struktur etika akan dapat mengubah sehingga tindakan seperti ini bisa jadi
‘lebih atau kurang’ dapat diterima.
Sumber :
Ø DR. A. Sonny Keraf, Etika
Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Pustaka Filsafat, Edisi Terbaru.