Jumat, 27 September 2013

Tugas 1 Etika Profesi Akuntansi

www.gunadarma.ac.id



Etika Profesi Akuntansi
Tugas 1
Tanggal 24 September 2013

Nama   : Indah Dwi Lestari
NPM   : 23210491
Kelas   : 4EB18

1.        Apa yang dimaksud dengan etika?
Jawab:
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang dalam bentuk jamaknya yaitu (ta etha) yang berartikan “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik dan segala kebiasaan yang di anut dan di wariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan. Etika memang pada akhirnya mengharapkan agar seseorang bertindak sesuai dengan nilai dan norma moral yang berlaku, tetapi kesesuaian itu bukan semata-mata karena tindakan yang baik itu diperintahkan oleh moralitas (oleh nenek moyang, orang tua, guru, bahkan oleh Tuhan), melainkan karena ia sendiri tahu dan sadar bahwa hal itu memang baik bagi dirinya dan baik bagi orang lain. Ia sadar secara kritis dan rasional bahwa ia memang sepantasnya bertindak seperti itu. Atau sebaliknya, jika ia akhirnya bertindak tidak sesuai dengan nilai dan norma moral tertentu, semua itu dilakukan karena alas an-alasan tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan bukan karena sekedar ikut-ikutan.

2.        Bagaimanakah tahap perkembangan moral, karakteristik individu dan variabel struktural mempengaruhi keputusan manajer untuk berperilaku etis dan tidak etis?
Jawab:
Moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis.
a.       Karakteristik individu
Dua variabel keperibadian, juga telah ditemukan untuk mempengaruhi tindakan individu menurut keyakinannya tentang apa yang benar atau salah, yaitu :
1. Kekuatan Ego (ego strength)
Yaitu ukuran kepribadian tentang kekuatan keyakinan seseorang. Orang yang tinggi skor kekuatan egonya cenderung melawan dorongan seketika (implus) untuk bertindak tidak etis dan sebaliknya cenderung mengikuti keyakinan mereka. artinya, individu-individu yang kekuatan egonya tinggi lebih cenderung melakukan apa yang mereka anggap benar. Kita mengharapkan para karyawan dengan kekuatan ego yang tinggi akan menunjukkan lebih konsisten pertimbang-an moral dan tindakan moralnya daripada karyawan yang rendah kekuatan egonya.
2. Tempat Kendali (locus of control)
Yaitu sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai seberapa orang yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib merekasendiri. Orang yang memiliki tempat kendali internal yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib mereka sendiri; sementara orang yang memiliki tempat kendali eksternal yakin bahwa apa yang menimpa mereka dalam hidup ini disebabkan oleh keberuntungan atau kebetulan.
b.   Variabel-variabel struktural
Desain struktural organisasi menolong membentuk perilaku etis para pekerjanya. Beberapa struktur memberikan bimbingan yang kuat, sementara struktur lainnya hanya menciptakan ketidakjelasan dan terus-menerus mengingatkan para karyawan tentang apa yang etis lebih cenderung mendorong perilaku etis.
Mekanisme organisasi lainnya yang mempengaruhi etika meliputi sistem penilaian kinerja dan prosedur pemberian imbalan. Beberapa sistem penilaian kinerja organisasi berfokus khusus pada hasil. Lainnya mengevaluasi maksud sama seperti hasil. Ketika karyawan dievaluasi hanya pada hasilnya, mereka mungkin tertekan untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk terlihat baik pada variabel hasil itu. Riset baru-baru ini menyarankan bahwa “kesuksesan dapat berlaku sebagai pemakluman atas perilaku yang tidak etis”. Bahayanya adalah jika manajer mengambil pandangan yang lebih lunak dari perilaku tak etis untuk karyawan yang sukses, karyawan lain akan meniru perilaku mereka sesuai dengan apa yang mereka lihat. Sangat terkait dengan sistem penilaian adalah cara pemberian suatu pengahargaan.

3.        Apa kode etik itu dan bagaimana cara meningkatkan keefektifannya?
Jawab:
Kode etik adalah suatu nilai, norma dan tata cara atau pola aturan professional yang tertulis secara tegas menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa saja yang harus dihindari. Kode etik ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada penggunanya. Dengan adanya sebuah kode etik maka akan melindungi seseorang dari perbuatan yang tidak professional.
Cara-cara meningkatkan keefektifan kode etik yaitu dengan menjunjung tinggi martabat profesi, melindungi pihak yang menjadi layanan profesi dari perbuatan mal-praktik, meningkatkan kualitas profesi, menjaga status profesi, menegakkan ikatan antara tenaga professional dengan profesi yang disandangnya.

4.        Bagaimana manajer mengambil keputusan yang etis?
Jawab:
Dalam mengambil sebuah keputusan seorang manajer harus melakukan :
1. Pengenalan syarat-syarat sebuah keputusan
Dalam mengambil sebuah keputusan seorang manajer harus mengerti dahulu apa saja syarat-syarat yang perlu diperhatikan. Syarat-syarat tersebut yaitu dalam bentuk masalah maupun peluang. Sebuah masalah muncul ketika pencapaian organisasi kurang dari tujuan yang telah ditentukan. Sebuah peluang muncul ketika manajer melihat pencapaian yang potensial yang melebihi tujuan organisasi saat itu.
2. Diagnosis dan Analisis Sebab-Akibat
Diagnosis adalah langkah dalam pengambilan keputusan dimana manajer menganalisis faktor-faktor sebab akibat penting yang berhubungan dengan situasi yang penting.
3. Pengembangan Alternatif
Untuk keputusan yang terprogram, alternatif-alternatif bisa dengan mudah dikenali dan bahkan biasanya sudah tersedia dalam peraturan dan prosedur organisasi. Namun keputusan yang tidak terprogram mengharuskan adanya pengembangan tindakan baru yang akan dapat menjawab kebutuhan perusahaan. Bagi keputusan-keputusan yang dibuat dibawah kondisi dengan ketidak pastian yang tinggi, manajer hanya dapat mengembangkan satu atau dua solusi yang akan bisa menjadi pemuasan dalam mengatasi masalah. Namun penelitian menunjukkan bahwa membatasi alternatif merupakan sebab utama gagalnya pengambilan keputusan di organisasi.
4. Pemilihan Alternatif yang Dikehendaki
Alternatif yang terbaik adalah yang solusinya paling sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai keseluruhan organisasi, serta mencapai hasil yang dikehendaki dengan menggunakan sumber daya paling sedikit. Manajer mencoba menyeleksi pilihan dengan risiko dan ketidakpastian paling sedikit. Manajer kemudian mencoba untuk mengukur prospek-prospek menuju sukses. Manajer dapat mengandalkan intuisi dan penglaman untuk memperkirakan jika suatu arah tindakan sekiranya akan berhasil.
5. Penerapan Alternatif Terpilih
Tahap penerapan ini adalah tahap dimana kemampuan manajerial, administratif, dan tahap persuasif yang dimiliki seorang manajer akan digunakn untuk menjamin bahwa alternative terpilih akan dijalankan. Kesuksesan alternatif terpilih ini akan bergantung pada bisa tidaknya alternatif ini diterjemahkan menjadi suatu tindakan.
6. Evaluasi dan Umpan Balik
Pada tahap evaluasi yang merupakan bagain proses pengambilan keputusan. Para pengambil keputusan akan mendapatkan informasi tentang seberapa baiknya mereka menerapkan keputusan yang telah mereka ambil dan apakah penerapan ini efektif dalam mencapai tujuan mereka. Umpan balik adalah hal yang penting karena pengambilan keputusan adalah proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir. Umpan balik memberikan informasi pada pengambil keputusan yang nantinya bisa membentuk siklus pengambilan keputusan yang baru.

5.        Jelaskan faktor-faktor yang menentukan intensitas etika dan dari keputusan?
Jawab:
Ada dua faktor yang mempengaruhi bagaimana kita membuat keputusan ketika dihadapkan pada dilema etis. Yang pertama, adalah struktur dasar etika kita, yang telah berkembang selama kita hidup dan tumbuh. Yang kedua, adalah serangkaian keadaan praktikal yang terlibat ketika kita mencoba membuat keputusan dalam area abu-abu. Nah kedua faktor ini, kita sebut: (1) struktur etika, dan (2) tantangan etika. Kedua faktor ini, seringkali kita hadapi pada beberapa tingkatan. Tingkatan paling luar dimana kebanyakan orang tidak berpendapat bahwa ini adalah salah. Sebagai contoh dimana kita membawa pulang bolpen kantor, atau menggunakan facebook pada saat waktu kerja. Pada tingkat menengah tantangan etika lebih signifikan, sebagai contoh adalah mengakses “personal records” untuk alasan personal. Membaca email orang lain juga merupakan contoh untuk tingkatan ini. Pada tingkat terdalam, adalah “pelanggaran etika” dimana sebagian besar orang pasti akan mempertimbangkan dengan serius bahwa ini adalah salah, seperti menggelapkan dana atau menjual catatan perusahaan untuk pesaing. Namun, dari waktu ke waktu, struktur etika akan dapat mengubah sehingga tindakan seperti ini bisa jadi ‘lebih atau kurang’ dapat diterima.

Sumber :
Ø  DR. A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Pustaka Filsafat, Edisi Terbaru.
 


TUGAS 1 ETIKA PROFESI AKUNTANSI

www.gunadarma.ac.id



Etika Profesi Akuntansi
Tugas 1
Tanggal 24 September 2013

Nama   : Indah Dwi Lestari
NPM   : 23210491
Kelas   : 4EB18

1.        Apa yang dimaksud dengan etika?
Jawab:
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang dalam bentuk jamaknya yaitu (ta etha) yang berartikan “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik dan segala kebiasaan yang di anut dan di wariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan. Etika memang pada akhirnya mengharapkan agar seseorang bertindak sesuai dengan nilai dan norma moral yang berlaku, tetapi kesesuaian itu bukan semata-mata karena tindakan yang baik itu diperintahkan oleh moralitas (oleh nenek moyang, orang tua, guru, bahkan oleh Tuhan), melainkan karena ia sendiri tahu dan sadar bahwa hal itu memang baik bagi dirinya dan baik bagi orang lain. Ia sadar secara kritis dan rasional bahwa ia memang sepantasnya bertindak seperti itu. Atau sebaliknya, jika ia akhirnya bertindak tidak sesuai dengan nilai dan norma moral tertentu, semua itu dilakukan karena alas an-alasan tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan bukan karena sekedar ikut-ikutan.

2.        Bagaimanakah tahap perkembangan moral, karakteristik individu dan variabel struktural mempengaruhi keputusan manajer untuk berperilaku etis dan tidak etis?
Jawab:
Moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis.
a.       Karakteristik individu
Dua variabel keperibadian, juga telah ditemukan untuk mempengaruhi tindakan individu menurut keyakinannya tentang apa yang benar atau salah, yaitu :
1. Kekuatan Ego (ego strength)
Yaitu ukuran kepribadian tentang kekuatan keyakinan seseorang. Orang yang tinggi skor kekuatan egonya cenderung melawan dorongan seketika (implus) untuk bertindak tidak etis dan sebaliknya cenderung mengikuti keyakinan mereka. artinya, individu-individu yang kekuatan egonya tinggi lebih cenderung melakukan apa yang mereka anggap benar. Kita mengharapkan para karyawan dengan kekuatan ego yang tinggi akan menunjukkan lebih konsisten pertimbang-an moral dan tindakan moralnya daripada karyawan yang rendah kekuatan egonya.
2. Tempat Kendali (locus of control)
Yaitu sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai seberapa orang yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib merekasendiri. Orang yang memiliki tempat kendali internal yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib mereka sendiri; sementara orang yang memiliki tempat kendali eksternal yakin bahwa apa yang menimpa mereka dalam hidup ini disebabkan oleh keberuntungan atau kebetulan.
b.   Variabel-variabel struktural
Desain struktural organisasi menolong membentuk perilaku etis para pekerjanya. Beberapa struktur memberikan bimbingan yang kuat, sementara struktur lainnya hanya menciptakan ketidakjelasan dan terus-menerus mengingatkan para karyawan tentang apa yang etis lebih cenderung mendorong perilaku etis.
Mekanisme organisasi lainnya yang mempengaruhi etika meliputi sistem penilaian kinerja dan prosedur pemberian imbalan. Beberapa sistem penilaian kinerja organisasi berfokus khusus pada hasil. Lainnya mengevaluasi maksud sama seperti hasil. Ketika karyawan dievaluasi hanya pada hasilnya, mereka mungkin tertekan untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk terlihat baik pada variabel hasil itu. Riset baru-baru ini menyarankan bahwa “kesuksesan dapat berlaku sebagai pemakluman atas perilaku yang tidak etis”. Bahayanya adalah jika manajer mengambil pandangan yang lebih lunak dari perilaku tak etis untuk karyawan yang sukses, karyawan lain akan meniru perilaku mereka sesuai dengan apa yang mereka lihat. Sangat terkait dengan sistem penilaian adalah cara pemberian suatu pengahargaan.

3.        Apa kode etik itu dan bagaimana cara meningkatkan keefektifannya?
Jawab:
Kode etik adalah suatu nilai, norma dan tata cara atau pola aturan professional yang tertulis secara tegas menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa saja yang harus dihindari. Kode etik ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada penggunanya. Dengan adanya sebuah kode etik maka akan melindungi seseorang dari perbuatan yang tidak professional.
Cara-cara meningkatkan keefektifan kode etik yaitu dengan menjunjung tinggi martabat profesi, melindungi pihak yang menjadi layanan profesi dari perbuatan mal-praktik, meningkatkan kualitas profesi, menjaga status profesi, menegakkan ikatan antara tenaga professional dengan profesi yang disandangnya.

4.        Bagaimana manajer mengambil keputusan yang etis?
Jawab:
Dalam mengambil sebuah keputusan seorang manajer harus melakukan :
1. Pengenalan syarat-syarat sebuah keputusan
Dalam mengambil sebuah keputusan seorang manajer harus mengerti dahulu apa saja syarat-syarat yang perlu diperhatikan. Syarat-syarat tersebut yaitu dalam bentuk masalah maupun peluang. Sebuah masalah muncul ketika pencapaian organisasi kurang dari tujuan yang telah ditentukan. Sebuah peluang muncul ketika manajer melihat pencapaian yang potensial yang melebihi tujuan organisasi saat itu.
2. Diagnosis dan Analisis Sebab-Akibat
Diagnosis adalah langkah dalam pengambilan keputusan dimana manajer menganalisis faktor-faktor sebab akibat penting yang berhubungan dengan situasi yang penting.
3. Pengembangan Alternatif
Untuk keputusan yang terprogram, alternatif-alternatif bisa dengan mudah dikenali dan bahkan biasanya sudah tersedia dalam peraturan dan prosedur organisasi. Namun keputusan yang tidak terprogram mengharuskan adanya pengembangan tindakan baru yang akan dapat menjawab kebutuhan perusahaan. Bagi keputusan-keputusan yang dibuat dibawah kondisi dengan ketidak pastian yang tinggi, manajer hanya dapat mengembangkan satu atau dua solusi yang akan bisa menjadi pemuasan dalam mengatasi masalah. Namun penelitian menunjukkan bahwa membatasi alternatif merupakan sebab utama gagalnya pengambilan keputusan di organisasi.
4. Pemilihan Alternatif yang Dikehendaki
Alternatif yang terbaik adalah yang solusinya paling sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai keseluruhan organisasi, serta mencapai hasil yang dikehendaki dengan menggunakan sumber daya paling sedikit. Manajer mencoba menyeleksi pilihan dengan risiko dan ketidakpastian paling sedikit. Manajer kemudian mencoba untuk mengukur prospek-prospek menuju sukses. Manajer dapat mengandalkan intuisi dan penglaman untuk memperkirakan jika suatu arah tindakan sekiranya akan berhasil.
5. Penerapan Alternatif Terpilih
Tahap penerapan ini adalah tahap dimana kemampuan manajerial, administratif, dan tahap persuasif yang dimiliki seorang manajer akan digunakn untuk menjamin bahwa alternative terpilih akan dijalankan. Kesuksesan alternatif terpilih ini akan bergantung pada bisa tidaknya alternatif ini diterjemahkan menjadi suatu tindakan.
6. Evaluasi dan Umpan Balik
Pada tahap evaluasi yang merupakan bagain proses pengambilan keputusan. Para pengambil keputusan akan mendapatkan informasi tentang seberapa baiknya mereka menerapkan keputusan yang telah mereka ambil dan apakah penerapan ini efektif dalam mencapai tujuan mereka. Umpan balik adalah hal yang penting karena pengambilan keputusan adalah proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir. Umpan balik memberikan informasi pada pengambil keputusan yang nantinya bisa membentuk siklus pengambilan keputusan yang baru.

5.        Jelaskan faktor-faktor yang menentukan intensitas etika dan dari keputusan?
Jawab:
Ada dua faktor yang mempengaruhi bagaimana kita membuat keputusan ketika dihadapkan pada dilema etis. Yang pertama, adalah struktur dasar etika kita, yang telah berkembang selama kita hidup dan tumbuh. Yang kedua, adalah serangkaian keadaan praktikal yang terlibat ketika kita mencoba membuat keputusan dalam area abu-abu. Nah kedua faktor ini, kita sebut: (1) struktur etika, dan (2) tantangan etika. Kedua faktor ini, seringkali kita hadapi pada beberapa tingkatan. Tingkatan paling luar dimana kebanyakan orang tidak berpendapat bahwa ini adalah salah. Sebagai contoh dimana kita membawa pulang bolpen kantor, atau menggunakan facebook pada saat waktu kerja. Pada tingkat menengah tantangan etika lebih signifikan, sebagai contoh adalah mengakses “personal records” untuk alasan personal. Membaca email orang lain juga merupakan contoh untuk tingkatan ini. Pada tingkat terdalam, adalah “pelanggaran etika” dimana sebagian besar orang pasti akan mempertimbangkan dengan serius bahwa ini adalah salah, seperti menggelapkan dana atau menjual catatan perusahaan untuk pesaing. Namun, dari waktu ke waktu, struktur etika akan dapat mengubah sehingga tindakan seperti ini bisa jadi ‘lebih atau kurang’ dapat diterima.

Sumber :
Ø  DR. A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Pustaka Filsafat, Edisi Terbaru.